SEJARAH KAMPUNG LEWOHALA DAN RIANG EBAK

https://youtu.be/xgeMXka-S6A


Sejarah Kampung Adat Lewohala


    1 .Nama Kampung

Nama kampung: Lewohala Lolon Melu-Tanah Wuring Lamabura). Adalah salah satu Kampung adat di Desa Jontona – tepatnya di Lereng, Gunung Ile Ape-Kecmatan Ile Ape-Kabupaten Lembata-NTT
Nama Lewohala berasal dari nama depan yang bernama: Hala Tede" yang pada saat perang perebutan tanah Lewohala Dialah yang menumpas Hulubalang dari Suku Watowitak dan Numata. Hulubalang  terkenal yang disebut: "Ekan Watan Lolon"
Nama Lewohala juga berasal dari nama pohon: pohon “Hala” (generasi), pohon yang kemudian menjadi lambang dari Lewohala yang mencerminkan keindahan dan keteduhan juga kedamaaian

2.SEJARAH KAMPUNG LEWOHALA

Masyarakat adat Lewohala pada mulanya bukan dari kepulauan Maluku (Serang Gorang Abo Muar).Tetapi pada mulanya adalah berasal dari Pulau Flores Timur.
Kalimat SERANG GORANG ABO MUAR yang di maksudkan dalam Syair/Soleh oha adalah kalimat yang di pakai bagi orang yang merantau ke Ambon dengan Perahu layar  waktu itu.memang pada waktu itu banyak sekali orang dari Flores,lembata  dan adonara ,kebanyakan merantau ke Ambon dan Sorong sebelum ke Malaysia atau Jawa.

 
 Sedangkan masyarakat Lewohala yang sebenarnya adalah Mereka berangkat dari Flores Timur meninggalkan tempat asalnya untuk mencari tempat huniaan baru hal ini karena kita menemukan kesamaan bahasa,  serta marga di Lewohala yang  mempunyai kemiripan dengan Orang di flores timur.sedangkan kata Jong yang artinya perahu itu adalah jenis Perahu ambon yang di gunakan waktu itu untuk mengantar para perantau yang pulang dari rantauan atau berpergian.

    Selain itu alasan berikut adalah cerita tentang perang saudara  yang mempunyai kesamaan dengan suku lewotobi di Ebak sbb :
1. Perang saudara antara kakak beradik (puke kawi lusi lei, geni kawa magarai)
2. Perang antar kampung yang tidak berkesudahan
3. Terdesak oleh pendatang-pendatang baru(yaitu kedatangan Patih gajah Mada bersama Rombongan dari Daerah Luwuk , Sulawesi yang ingin menyatukan Nusantara).orang Luwuk yang tersisa sekarang adalah Orang Lamalera(kampung sembur paus)
   
  Pada waktu itu  Nenek moyang mereka mulai membuat perahu (tula tena tani laya) dan mempersiapkan segala sesuatu untuk mencari tempat hunian baru. Mereka kemudian berlayar ke arah Timur Nusantara (seba nuho gena katan).
Setelah beberapa lama dalam pelayaran, tibalah mereka di tempat yang dikenal dengan nama pulau Lepan Batan –Keroko Puken (uli taga sao songe-leba tani lulu laya).

Pendatang ini tinggal lama di sana dan tinggal dengan penduduk-penduduk  Leu'nadal " Hoinero".  Saat itu kerajaan Kalikur belum ada.(kerajaan Kalikur ada saat penyebaran agama Islam memasuki Lepan batan)

  
 ( kemungkinan besar, kedatangan masyarakat pendatang Lewohala bersamaan dengan kedatangan suku LEWOTOBI dari Daerah Boru, Flores Timur) dan ( Kedatangan orang Lamalera dari Luwuk , Sulawesi).
    Pada suatu hari yang  masyarakat pendatang ini membuat sebuah acara pesta dan mengundang orang-orang o Kedang untuk menghadiri pesta mereka.Suku pendatang ini membunuh ternak berupa kambing dan babi untuk menjamu para tamu mereka.
 Saat Acara pesta digelar, sole-oha memecah kesunyian malam.Saat itu awan langit mendung tak bersahabat, guruh gemuruh Guntur memecah malam, petir menggelegar seakan membelah bumi, bersama dengan datangnya hujan nan lebat, banjir bandang segera melanda kampung, keramaian pesta berubah seketika, masyarakat menjadi ketakutan.
Pembesar kampung membunyikan nafiri pertanda bahaya segera menimpa. Tak berapa selang, terasa gempa mengguncang bumi, bersama dengan laut pasang, bencana hebat melanda kampung lepan batan-keroko puken (blebu lebu,blera lerang),ditengah ketakutan, pembesar kampung menyeruhkan agar  masyarakat segera menyelamatkan dirinya masing-masing.
  Jauh ke barat lepan batan, Bencana ini juga di alami masyarakat yang mendiami dataran rendah Awololong (sekarang pulau Awololong).yang saat itu juga sedang melakukan pesta rakyat.
   Saat bencana itu,masing-masing mereka pun menyelamatkan diri menggunakan perahu.
Ada yang berlayar ke arah utara, selatan, timur dan barat. Yang berlayar menyusuri pantai utara, tiba di Kedang (meru watan tuka-para wailolon),( sekarang desa wailolon).
sementara yang berlayar menyusuri pantai selatan kemudian melabuhkan perahunya di nila wuyo, kape lera dan lewo bala (sekarang Desa Lewobala).
sebagian lagi terus berarakan dan tiba di pulau adonara dan pulau solor (wulo sodong-arang bao). Wulo sodong,(tanah boleng) arang bao, waiwuring- sagu arang.( Sekarang waiwuring dan desa Sagu)
Nenek moyang para suku pendatang ini tidak begitu lama mendiami kedang,Yang di pimpinan oleh, Ola Tugu Wulan dan Pati Useng Kei Lera. sementara yang di adonara di bawah pimpinan Pati Arakiang dan Kayo Wua Boli ama.

   Tidak begitu lama suku pendatang ini tinggal di Waiwuring dan Sagu arang, karena jenis penyakit aneh menimpah yaitu: penyakit ketili witi (Sampar)dan udung lawaj(lepra).
Mereka akhirnya mengambil keputusan untuk mencari tempat baru. Mereka berlayar menuju ile anakoda dan beberapa perahu lainya berlabuh di lewokeak (sekarang desa Lewotolok) dan sebagian berlayaran ke arah timur. Dan tibalah mereka di Bui baran dan melabuhkan perahunya
Disamping tanjung lakadoni bapak hali sabo ama,
Yang secara umum di depan jong bute bero bihang.
 Mereka kemudian naik ke darat dan tinggal menetap di Lewohala (sekarang Desa jontona). Setelah mereka tinggal, terjadilah perundingan antara mereka untuk membagi tugas dan tempat tinggal.
Pembagian itu yaitu:
1. Kaka lewo bolo
2. Arin lewo lere
Kaka lewo bolo tinggal di lereng gunung ile ape dengan tugas: tanam kelapa, pisang, pinang dan siri.
Sedangkan arin lewo lere tingggal di antara pantai dan gunung sebagai pencari ikan (nelayan), masak garam, bakar kapur untuk dibarter antara mereka.
Kakan lewo bolo kemudian menetap disebuah tempat bernama : Mita rota guma gole. Ditempat itu ternyata sudah ada penghuninya yaitu Tede Tawa Tana (orang kenamaan) .
Disana mereka hidup bersama. Kedatangan mereka atas undangan Tede Tawa Tana untuk membantu melawan musuhnya yang bernama Sadu Rupa Lima Letu dan Ekan Watan Lolon dari Suku Watowitak dan Kumata.
      Setelah sekian lama saling mengenal mereka kemudian berunding untuk membangun kekuatan bersama-sama untuk menyerang  Sadu Rupa Lima Letu dan Ekan Watan Lolon. Perang cukup memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta benda. Namun demikian musuh besar Tede Tana Tawa belum berhasil ditumpas.
Karena terus saja ada kekalahan. mereka kemudian meminta bantuan dari saudara-saudara mereka yang tinggal di kedang yakni,Ola baga tugu wulan dan Pati usen kei lera.
Beberapa delegasi diutus untuk menemukan Ola baga tugu wulan dan pati usen kei lera.
Ola baga tugu wulan dan pati usen kei lera, kemudian menyetujui permintaan mereka dan akhirya mereka berlayar bersama. Dalam perjalanan pulang mereka melabuhkan perahunya di wai bao hadakewa.Lalu mereka berlayar lagi menuju oka paga wewa matan.
Barang yang di bawah ola bagai tugu wulan dan pati usen kei lera adalah:
.1 Wuhu pito labi lema (panah  kuno)
2. Sedo wu nake lolong (ritual pesta kacang)
3. Ape lera ku keneheng (alat pembuat api dari bambu)

.πŸ“Œkemungkinan saat itu Masyarakat masih mengkonsumsi makanan mentah,karena alat pembuat api baru saja di dapat dari Ola baga Tugu wulanπŸ“Œ

  Di tempat bernama Oka paga wewan matan itu, mereka berjumpa dengan para pembesar kakan lewo bolo dan arin lewo lere, juga pembesar Tana Tawa, perjumpaan disertai isak tangis.
Mereka kemudian berunding untuk membangun strategi perang melawan musuh. Perang demi perang dilalui namun musuh belum juga berhasil ditumpas.
Oleh karena sering kekalahan, mereka kemudian mengutus delegasi menuju Sadu Rupa Lima Letu untuk berunding. Strategi ini dapat dibilang berhasil, putri kesayangan sadu rupa lima letu somi solang gewo yang bergelar (kewa kala nidi) dinikahkan dengan a'wote abo ama (soge laka rowe) dari suku Pendatang.
Perkawinan untuk mencari tahu rahasia dan kekuatan sadu rupa lima letu dan benteng pertahanan sadu rupa lima letu. Somi solang gawe akhirnya membeberkan seluruh kekuatan rahasia dari ayahnya Sadu rupa lima letu .untuk itu 'wote abo ama yang bergelar (soge laka rowe).Memberitakan kepada Sekutunya tentang kelemahan Sadu Rupa Lima Letu.
      Berbekal cerita dari Somi solang gawe, Tede Tana Tawa dan masyarakat nya  kemudian mulai berunding dan membangun strategi baru.
Diceritrakan bahwa: sadu rupa lima letu dan ekan watan lolon bertempat tinggal di atas pohon (lewwa). Salah satu kebiasaan sadu rupa lima letu adalah memiliki saluran kencing yang terbuat dari sebatang bambu bulu.
Ketika malam, sedang berlangsungnya pesta pernikahan yang meriah, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba Panglima a 'wote abo ama (soge laka rowe) bergerak menuju kediaman Sadu rupa lima letu dan menunggu tepat didekat cabang bambu. Tak lama terbatas, terdengar derap langkah sadu rupa lima letu.
A 'wote abo ama dengan segera memasukan panahnya ke dalam lubang saluran, setelah terlihat air kencing  sang Musuh  menetes, panah pun dilepas. Sadu rupa ima letu pun mati seketika dengan panah menancap  dan Jatuh dari atas pohon lewwa. A 'wote abo ama dengan cepat memotong kaki dan tangan sadu rupa lima letu dan kemudian dibawanya menuju namang (tempat hiburan) dimana seluruh masyarakat sadu rupa lima letu sedang berpesta. Ia kemudian membuang kaki dan tangan sadu rupa lima letu ketengah kerumunan. Melihat hal itu,masyarakat menjadi panik, ditengah kepanikan seorang tukang sole masih berkutat dengan istilah berbunyi: “sedan aku digelema, pelali lei ge sadu rupa lima letu lei hae. Tutu padu solang dama dai hotoro uhe “obor kemudian dinyalakan untuk memastika kaki dan tangan siapa yang dibuang itu. Masyarakat bingung dan semakin panik mengetahui bagaimana kaki dan tangan tersebut milik panglima besar mereka sadu rupa lima letu. Karena melihat panglima mereka terbunuh, Mereka semua pun bersembunyi.
    Ketika pagi menjelang, ekan watan lolon membunyikan nafiri untuk memanggil masyarakatnya dan menguburkan mayat panglima besar mereka.
Suasana haru menyelimuti masyarakat sadu rupa lima letu. Kesedihan itu semakin menjadi kompilasi kemudian Melihat bahwa orang yang menbunuh sadu rupa lima letu adalah suami dari somi solang gewo-a 'wote abo ama.
     Akibat kejadian ini adalah perang sempat terhenti untuk beberapa saat.
Namun setelah itu,Ekan Watan Lolon membangun' kekuatan untuk melancarkan serangannya terhadap suku Lewohala dan Tana Tawa.Korban pun berjatuhan di suku Lewohala  dan Tana Tawa.peperang ini menyebar hingga ke Lamagute (sekarng atawatung) dan Amakaka (sekarang Lewotolok ).Ekan Watan Lolon selalu menang dalam peperangan.
Hal ini kita dapat mendengarkan di acara Soleh oha atau seruan apabila sedang perang.Sole oha atau seruan untuk semangat dalam peperangan itu sbb :
  " jadi hala,lawan jadi hala,
    Tolok Ile Aleng gole,lawan kame jadi hala".
setiap suku memiliki seruan perang yang berbeda-beda.
 Tapi,Soleh oha sindiran di atas adalah sindiran di tujukan kepada suku Lewohala dan tanah tawa karena selalu kalah dalam pertempuran.
    karena selalu kalah dalam pertempuran, masyarakat lewoLewo dan Tana Tawa menggunakan strategi baru untuk menghadapi Ekan Watan Lolon.

 Dengan strategi baru akhirnya Ekan Wata Lolon pun dapat di tangkap.
Tubuh ekan watan lolon kemudian ditarik ke kampung Lewohala oleh panglima Hala Tede dan Rakyat nya. Rakyat Lewohala yang selama ini memendam konflik berbondong-bondong datang menyaksikan musuh besar mereka yang berhasil ditangkap. Tak ketinggalan kaum ibu, yangdatang dengan membawa pisau dan mengiris sedikit demi sedikit tubuh ekan watan lolon. Luka yang mengangah kemudian disirami garam bercampur Lombok dan cuka. Tidak puas dengan siksaan itu, ekan watan lolon kemudian diseret ke amakaka(desa Lewotolok) untuk didera. Dalam perjalanan pulang ekan watan lolon meratapi nasibnya sebagai berikut:
“kaka sadu naika kae,
 nong go ekan watan lolon gali hae,
   pana-pana kai mataj lali kepa bunu tali,         gawi-gawi kai lola weli wulo dopilaru.
      Weli Tanah sira paji ,
      weli ekan laga doni.
 pama buto bote nai doan
kuma doro nai lela ”.
 
   

   Pada akhirnya Ekan Watan Lolon meninggal dan dimakamkan disebuah tempat yang bernama “kepa tawa”
Meninggalnya dua panglima perang ini membuat rakyat Watowitak dan Kumata bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Dibawah pimpinan anak kandung sadu rupa lima letu yang bernama Laba Letu( Laba inilah kakak dari Demon,Hali dan Talu.keturunan yang mendiami desa Ebak dan Atawatung sekarang),Dari pimpinan Laba, mereka kemudian pergi mencari tempat hunian baru.
 
 
         
  -- PERJALANAN SUKU WATOWITAK Keturunan Ekan Watan lolon --


Ketika mengalami kekalahan dari Pasukan Hala Tede.Masyrakat Watowitak pun berpindah tempat.Ada yang pindah ke Adonara,ada yang pindah ke Hadakewa,Daerah Tanjung ile ape dan ada  yang melewati lereng gunung di pimpin oleh Empat Leluhur yakni : Laba,Demon, Hali dan Talu.
   Dari ama Laba (Mangu lasan Witak,Saka Subang)
Dari Ama Demon(Saga Payong, Selaka sinun Witak dan Jariama saga)
Dari Ama Hali (  Witak Nepa) sedangkan,
Dari Ama Talu ( meliput witak Atawatun).
 
   Keturuna Dari Ama Laba dan Demon, mereka mendiami  Riang ebak (Desa ebak Sekarang) dan membuat hunian baru yang di kenal dengan Lango Rhoko (sebelah atas daerah Nuku ).
Riang ebak bergelar :
   " Lewo Ebak Teke Leza,lewo Uak tepeliwun".
Artinya :kampung  Datar yang damai,Kampung yang penuh dengan Lembah"
    Kedatangan mereka di Riang ebak, ternyata ada suku yang sudah mendiami daerah itu yaitu :suku Lewotolok (Lewotolok lamadike)yang mendiami lereng Gunung dan suku- suku dari Lamagute (Watun lewo pito) yang mendiami Pesisir pantai .Watun lewo pito memiliki Daerah Pesisir pantai baolangun hingga perbatasan dengan Napasabok(desa Mawa). sedangkan suku Lewotolok memiliki daerah lereng gunung lewotolok(Gunung Ile ape).
    kedatangan Suku Watowitak, kemungkinan besar , setelah Kedatangan Suku Lewotobi dan manuk (suku yang bertransmigrasi dari Pulau Flores timur ke Lembata karena perang saudara).
Suku Lewotobi mendiami daerah Nepa ,dan Watowitak mendiami Riang ebak dan laba hedung.
   Kedatangan suku Watowitak di sambut baik oleh suku Lewotolok dan suku- suku dari Lamagute.Mendapat tambahan penduduk  dari Watowitak membuat Riang ebak,Nepa dan Lebahedung semakin Ramai.Bersatunya Ebak, labahedung ,Nepa Tukan dan Watun lewo pito,membuat ketakutan besar bagi daerah di sekitar.


    Kejayaan suku Watowitak dapat kita lihat Hingga sekarang,
Dari pembagian wilayah dengan suku Lewotolok, Hingga mereka menjadi Tuan Tanah di wilayah itu dengan di bantu oleh Suku Langotukan sebagai Tukang Wina (pelayan/ prajurit ).
    Dalam pimpinan Watowitak dan laskar-laskarnya mereka pun meleburkan diri dan bergabung dengan lewo Nepa, labahedung dan Watun lewo pito.
* Catatan :
                  :Nepa (di diami suku Tobi dan Watowitak) suku lewotobi adalah pelaut ulung .
    Dengan semakin banyak penduduk Riang Ebak, Nepa dan Labahedung, mereka pun minta diri dan berpisah dari Lamagute.perpisahan diri dari lamagute ini  di bawa pimpinan Saga Payong Witak.menurut cerita dari cucunya (Arnold Emi witak),Dia berhasil merampas Buku sejarah dari Seorang pemimpin di lamagute pada saat itu.(kemungkinan buku yang beliau maksud adalah Buku Alkitab,dan buku petunjuk perayaan Umat Kristen).
Pada saat itu masyarat Riang ebak masih tinggal di lereng Gunung (daerah Nuku,Gada araa,laba hedun,Nepa )
     Perpisahan diri dari Lamagute ini pun membuat Riang ebak harus berkembang sendiri.Tanpa di sangka masyarakat Riang ebak semakin Banyak.
   Walaupun Riang ebak meninggalkan mereka, Masyarakat Lamagute masih berbaik hati dengan  Memberikan beberapa daerah Lahannya di pesisir pantai untuk di di huni oleh masyarakat Ebak.
  Dengan bertambahnya penduduk dan Berkembangnya jaman, Masyarakat Riang ebak pun turun dari lereng bukit dan tinggal di pesisir pantai hingga kini.
Mereka membangun gereja pertama dekat pertigaan jalan menuju Kuburan umum(ini adalah gereja Moderen pertama , sebelumnya di atas Lewonolung/kampung lama).
  Kemungkinan besar saat itulah Pemakaian Hijab/Senayang bagi perempuan Watowitak di Hentikan oleh Pater Van De Leur (seorang pater dari Belanda).

   
     **BENCANA BANJIR DI RIANG EBAK**


Pada saat Riang ebak berkembang dan bertambah maju,pada suatu hari Terjadilah banjir yang menghantam Riang ebak.Banjir ini menyebabkan banyak ternak hingga Rumah-rumah masyarakat hancur di bawah banjir.
Masyarakat Riang ebak pun berbondong-bondong  pindah ke atas bukit sebelah timur hingga kini.
   Mereka pun membangun kampung baru mereka.mereka juga  harus membangun  gedung gereja baru mereka di daerah Tebuk,di atas Tanah milik suku Manuk.Tanah ini adalah tanah yang di tukar dengan Tanah di Wotek oleh suku Watowitak.penukaran tanah ini agar Suku manuk menggunakan tanah di Wotek sebagai Cocok tanam dan tanah di Tebuk di berikan kepada suku witak sebagai Pembangunan desa.Hingga kini ada sekolah  dan gereja yang di bangun di atas tanah hasil tukaran itu.

   
         ■■■ HISTORY ■■
Untuk riwayat pemimpin sejak Ebak, Nepa n Labahedun berpisah dari Atawatung adalah :
1.Saga Payong Witak
2. Gesi Sili Witak
3. Mitem Saku Witak
4. Payong Gesi Witak
5. Gesi Sili Witak
6. Lasan Gerokong Witak
7. Ola Gerokong Witak
8. Gerokong Sinun Witak
9. Jariaman Saga Witak
10. Elias Terong Witak
11. Pstrisius Kalu Manuk (beliau menjabat antara peralihan sistim Kampung ke pemerintahan desa gaya baru Aulesa)
12. Markus Lawe Kerong (kades pertama dalam desa gaya baru Aulesa) beliau menjabat setelah pada pilihan perdana ama Vinsensius Sili Tolok sbg kades terpilih menerima SK guru dari yayasan Vedapura n dipersiapkan ama Yakobus Lusi Manuk, namun H-1 pelantikan, beliau mengundurkan diri lantaran ia berang atas sindiran/hureng dari ama Elias Terong Witak melalui Liang/sole.
13. Jafar Dore Kokomaking(plt)
14. Antonius Laba Manuk
15. Petrus Gawe Betekeneng
16. Aba Layu Kokomaking
17. Dominikus Lusi Manuk (plt)
18. Aba Layu Kokomaking
19. Domi Lusi Manuk
20. R.R.Atawatung (carateker)
21. R.R.Atawatung
22. Yusuf Rebong Belaongmaking (carateker)
23. Gaspar Gambus Lewotobi (plt)
24. Gaspar Gambus Lewotobi
25. Gaspar Gambus Lewotobi
26. Vinsensius Sili Tolok
27. Silverius Arakian Tolok.(sekarang)
  
   ~~ bukti peradaban Riang ebak dan Nepa ~~
  Banyak bukti yang masih kita saksikan Hingga sekarang seperti :
1 . masih ada Rumah tua yang di tertinggal di  Ebak dan Nepa.Mereka menyebutnya dengan nama koker Bale.
2 . Terdapat pasar di Daerah Nepa.
3 . Pasak bumi (pusatnya pulau Lembata) ada di Labahedung.
3 . Ada juga susunan batu yang merupakan batas Tanah ketika pembagian lahan dari Suku Lewotolok dan Watowitak.
Gedung gereja dan sekolah  juga sebagai bukti tentang penukaran tanah antara suku Manuk dengan Watowitak.
Serta berbagai pernak pernik kuno lainnya yang dapat kita temukan di Dalam Koker bale (Rumah adat).
 
Demikian sejarah mungkin masih kurang yang belum saya tambahkan,jika ada yang belum lengkap mohon usul saran dari saudara-saudari semuanya..
  
    Ini saya input dari berbagai sumber.
  1. Dari sejarah Lewohala.
  2.dari sejarah desa Ebak
  Terimakasih Ama Deris lewotoby..
Dan buat Ina Ama,Kaka Ari yang telah menceritakan ini pada saya.

Comments

  1. Dulu luwuk adalah kerajaan yg cukup besar, ketika ada pergeseran kekuasaan politik di sana, banyak golongan bangsawan yg akhrnya menyebar ke wilayah lamaholot. Termasuk kaum berpengaruh di wilayah adonara banyak yg menuturkan asal-usulnya dari Luwuk di Sulawesi tengah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah berkunjung.Kami akan segera melakukan update terbaru bila telah mencocokan sejarah secara keseluruhan di daerah Lamaholot

      Delete
  2. Terimakasih sudah berkunjung.kami akan segeramelakukan update terbaru tentang sejarah yang menggabungkan semuanya....
    Terimakasih salam santun...πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  3. Kalau boleh tau laba letu ini keturunannya kemana???
    Di daerah wailolon atau dolulolon ola baga tugu wulan dan pati useng kei lera ini menurunkan suku mana dan dari mana,lalu nama pati arakian ini nama leluhur dari kedang,lalu bicara Lembata ni pasti bicara dari raya lomblen dlu,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon penjelasanya... Hala tede ini masyarakat asli yach,sama seperti purab dan puntaro ya

      Delete
    2. Laba Letu adalah kakak dari ,Demon,hali ,dan Talu..
      Sekarang keturuanan suku Watowitak Di desa ebak dan Atawatung

      Delete
    3. Hala Tede adalah Orang asli yang mendiami Lewohala sekarang.
      Sedngkan Ladopurab dan lementaro adalah suku asli yang mendiami Amakaka /lewotolok.....

      Delete
  4. Apakah nama lewo laba hedung itu masih ada sampai sekarang? Apakah ada semacam tugu yg menunjukakan pasak bumi pulau lembata tersebut d lewo lamahedung tersebut?

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. Pasak bumi masih ada sampai sekarang..

      Delete

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung ke Blog ini

Popular posts from this blog

Kamus Bahasa Lamaholot dan Artinya.

LEWOTANA ADALAH KEYAKINAN LAMAHOLOT YANG HAMPIR DI LUPAKAN